Kamis, 29 Desember 2011

Mahasiswa Asal Banten di Negara Seribu Menara

Prof Dr Fauzul Iman, MA 



Kesempatan ini saya gunakan setelah KMB berulang-ulang dan cukup lama menghubungi saya baik di hotel tempat saya menginap maupun melalui kontak selurer. Dari semangat dan sorot matanya saya memahami mengapa KMB di Mesir mengundang saya untuk menjadi pembicara dalam forum dialog eklusif. Sementara dari sisi kesibukan dalam kegiatan shorts course yang menyita waktu hingga hampir-hampir saya tidak dapat memenuhi keinginan mereka. Namun setelah berdialog langsung, saya dapat menangkap adanya tiga motivasi kuat yang diinginkan KMB mengundang saya untuk berdialog yaitu silaturahmi, memperkenalkan sepak terjang KMB dan penyampaian isi hati. 
Silaturrahmi saya dengan KMB berjalan begitu akrab, hangat dan dialogis karena acaranya dipetakan dalam suasana forum dialog di mana saya menjadi pembicaranya. Sudah menjadi kebiasaan mahasiswa Indonesia di Mesir apabila kedatangan para tokoh Indonesia selalu saja didaulat untuk menjadi pembicara. Demikian pula rupanya saya dipandang mereka sebagai tokoh Banten yang harus didaulat menyampaikan informasi ilmiah dan hal-hal aktual yang terjadi di Banten sebagai tempat asal kelahiran mereka. 

Saya memulai berdialog dengan menyampaikan presentasi di hadapan KMB dari hal yang sederhana dan keinginan KMB untuk menyampaikan informasi aktual mengenai Banten. Selama dua jam lebih saya menjadi pembicara di KMB yang bertempat di asrama yang cukup luas. Asrama berlantai itu merupakan bantuan Pemprov Banten yang dibeli dari gedung berlantai dan tiga flat dijadikan satu. Bantuan dengan jumlah dua miliar dari Gubernur itu telah cukup membuat kantor KMB permanen dan nyaman dihuni karena telah dipenuhi dengan mebeler, permadani dan peralatan kantor. Namun gedung tersebut terkesan masih kumuh ketika dipandang dari sisi luarnya karena untuk penataan kondisi lingkungan dan bangunan luarnya masih ditangani developer. KMB beruntung dan berbahagia mendapatkan bantuan asrama dari Pemprov Banten, sebagaimana dialami oleh mahasiswa dari provinsi lain yang juga mendapatkan bantuan asrama dari gubernurnya. Kini jumlah asrama mahasiswa daerah di Mesir menjadi sembilan buah setelah Banten— yang terakhir kali—memilikinya. 

Dari dialog itu terbetik semangat, gagasan dan harapan bercampur cemas yang keluar dari pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan mahasswa Banten di Mesir. Semangat mahasiswa Banten di Mesir tidak diragukan lagi karena dibuktikan oleh kinerja yang ditampilkan dalam sebuah organisasi paguyuban (kekeluargaan) yang bernama KMB. Organisasi kedaerahan ini didirikan pada 1976 dengan ketuanya pada saat itu DR H Syibli Syarjaya kini ia menjabat sebagai Purek I IAIN SMHB Serang. Sebagaimana terungkap dalam dialog, organisasi ini dibentuk untuk menjaring silaturahmi antar warga Banten yang berada di Mesir dan di Indonesia dalam upaya mempermudah perjuangan menggali ilmu. 
Adapun dari aspek akademis berfungsi sebagai medan berlatih dan mengasah daya nalar dan intelektualitas anggota sebagai persiapan menghadapi tantangan Banten dan Indonesia kini maupun masa depan. 
Dari sisi kinerjanya, organisasi ini cukup berobsesi menjadikan anggotanya kreatif bersaing dan ingin menunjukkan kemampuan sebagai orang Banten (dalam berbagai bidang) di tengah komunitas lain. Oleh karena itu, KMB sebagai satu satunya lokomatif (penggerak) kegiatan mahasiswa Banten bukan saja menjadi sentral komunikasi warga Banten di Mesir, tetapi juga strategis dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bernuansa akademis (ilmiah) dan pengembangan intelektual melalui diskusi, seminar dan bedah buku. Bahkan saya pernah membaca karya-karya buku monumental yang telah ditulis mahasiswa KMB. Di antara buku itu menuangkan pemikiran cemerlang para tokoh Islam terkenal (kelasik dan modern). Salah satu tokoh atau pemikir Islam yang menjadi kajian buku dimaksud adalah pemikir legendaries Syeikh Nawawi Al-Bantani. Tidak terhenti di sini, mereka juga telah menunjukkan komitmen kebantenannya dengan membuat sebuah serial majalah bulanan yang menginformasikan tempat-tempat wisata dan berita berita aktual mengenai kebantenan. 
Melihat dari segi semangat dan kegiatan mahasiswa Banten yang belajar di Mesir, yang kini berjumlah kurang lebih 200 orang, sekitar 25 % dari jumlah lima ribu mahasiwa Indonesia, maka perhatian serius Pemprov Banten kepada KMB dalam bentuk bantuan asrama merupakan hal wajar dan langkah tepat. Apalagi secara historis Universitas al-Azhar yang menjadi tempat menggali ilmu bagi sebagian besar mahasiswa Banten, seperti kata Azyumardi Azra, tidak dapat dipisahkan hubungannya (jaringannya) dengan ulama Nusantara kenamaan dari Banten, syekh Nawawi al-Bantani, yang juga telah mendapat gelar akademik paling bergengsi dari Universitas Al-Azhar. Dengan bantuan asrama yang telah diresmikan pengguanannya oleh Gubernur pada 10 Mei 2008, diharapkan oleh mereka akan semakin memacu mahasiswa Banten untuk menggerakkan roda aktivitas belajar dan berlatih dalam berbagai bidang. Utamanya dalam menguasai dunia keterampilan dan melanjutkan tradisi dan idealisme keilmuan dengan konsisten seperti Syekh Nawawi Al-Bantani. 
Dalam kontek ini patut dipahami ketika saya berdialog dengan KMB telah muncul pertanyaan dari mereka tentang kekhawatiran dan kecemasannya menatap kondisi masyarakat Banten hari ini maupun masa depan. Mereka cemas apakah Banten setelah menjadi provinsi ini masih mampu mempertahankan citra keulamaan (keilmuan) atau malah lebih mengutamakan pembangunan fisik (materi) sehingga perhatian pada dunia pendidikan terbengkalai. Sementara konflik sosial akan muncul kembali lantaran adanya kejenjangan soial atau berebut soal aset Banten yang hanya didominasi oleh kelompok tertentu. Mereka cemas dengan gaya hidup baru di Banten akan tumbuh penguasa dan politisi pragmatis yang hanya mahir mengekploitasi rakyatnya dengan permainan uang. Bahkan kekhawatiran dan kecemasan mahasiswa Banten tertuju pada sebagian ulama Banten yang tidak netral. Menurut mereka, karena akhir-akhir ini sebagian ulama Banten telah mulai kepincut pada dunia politik sepert menjadi tim sukses dan pendukung partai politik tertentu. 
Namun kecemasan mahasiswa Banten di Mesir beranggsur menghilang setelah saya menjawab pertanyaan mereka dengan arif dan elegan. Pintu pintu optimisme menguat kembali, apalagi setelah mereka tersadarkan kembali kepada jasa dan perhatian pemprov yang telah memberikan bantuan asrama dengan harga yang tidak kecil. Walaupun begitu, masih menyisakan sedikit kekecewaan di kalangan mereka, karena bantuan beasiswa yang dijanjikan oleh anggota DPRD Banten dan Ibu Gubernur ketika dalam acara dialog di Mesir hingga sekarang belum kunjung tiba. (*) 

Penulis adalah Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN SMH Banten

Tidak ada komentar:

Posting Komentar