Sabtu, 11 Februari 2012

Kisah Penolong Kucing


Oleh: Prof. Dr. H. Fauzul Iman MA

Sang sufi besar yang bernama Abu Bakar ai-Syibh konon setelah wafatnya hadir dalam mimpi temannya, berdialog dengan Allah SWT. Apa yang menyebabkan dosamu diampuni oleh Aku ?" Tanya Allah SWT pada Syibli. "Shalat tepat pada waktunya, jawab Syibli. Bukan," kata Allah SWT menimpali. Zakat, puasa, dan ha-jiku yang menyebabkan dosaku diampuni," lanjut Syibli. "Bukan juga. cetus Allah SWT. Syibli pun heran, "Kalau semua ibadah yang telah aku jalankan tidak menghapus dosaku. lalu apa yang telah Kau ridha. danku,* tanya Syibli penasaran. "Aku meridai dan mengampuni selu-ruh dosamu lantaran engkau telah menolong seekor kucing yang sedang kedinginan dan kelaparan."
Kisah di atas dimonumentalkan oleh Syekh Nawawi al-Bantani, dalam kitab syarah Nashaih al-Ibad. Benar dan tidaknya kisah im dan sisi ilmiah bukan hal penting. Pelajaran dan kisah itulah sesungguhnya yang patut kita petik. Utamanya untuk menyikapi situasi kehidupan umat manusia yang semakin han dirasakan jauh dan rasa kasih dan kekeluargaan.
Di berbagai tempat kita miris dengan aneka perilaku yang tidak lagi mencintai bangsa dan aset negaranya sendiri sebagai anugerah Allah. Lihat saja kebrutalan dan kepanikan masyarakat sudah tidak bisa lagi dikendalikan. Seakan masyarakat telah tercerabut dari tuntunan keadaban yang berakar dan nilai kemanusiaan dan moral agama. Dengan begitu, tanpa rasa kasih mereka nekat membunuh sesamanya dengan sadis. Tidakpeduli apakah yang dibunuh itu rakyatnya, atasannya, teman dekatnya, keluarganya, atau bahkan anak dan orang tuanya sendiri.
Mengapa kekerasan ini makin menjad4adi? Jawabannya berpulang kepada para komponen elite bangsa itu sendin dalam memberikan keteladanan kasih sayang kepada rak-yatnya. Apakah kaum elite yang mengatakan sudah menyuarakan rakyat dan keadilan telah dibuktikan untuk membela negara dan rakyatnya? Justru, rakyat kecil marah dan frustrasi karena kelompok elite tanpa sadar telah melakukan dosa. Berapa banyak peraturan yang mereka legitimasi akhirnya digerus oleh tangan besi yang berdarah kolusi. Harta rakyat disulap dengan cek pelawat demi kekuasaan sesaat. Rakyat menjadi malang karena diadang oleh berbagai kasus korupsi.
Oleh karena itu, kisah sufi di atas seharusnya menjadi ibrah (pelajaran) yang amat berharga bagi kita untukmembiasakan din menanamkan kasih sayang yang bermanfaat kepada siapa pun makhluk Allah SWT. Dengan ibadah simbolis saja yang kita lakukan tanpa diimbangi dengan amal kemanusiaan, tidaklah Tuhan akan mengampuni dan meridai.
Rasa kasih sang sufi di atas yang dicurahkan kepada seekor kucing mengetuk kita semua untuk berlaku sayang dan adil kepada apa pun dan siapa pun umat manusia tanpa diskriminasi. Rasa kasih sayang seperti inilah kelak akan mengantarkan bangsa (negeri) kita menjadi negeri yang kuat (tanpa konflik), selamat, aman, damai, maju, dan beradab. Semoga. Wallahu'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar